13 Januari 2012

Hanya Rindu

aku urat urat daun yang setia membujur, yang setia membujur menerima badai gurun, atau angin rindu dari bukit kasih-Mu. Kau terang bulan di malam bersalju, aku, ranting patah di dasar telaga. Di atas meja itu hanya ada selembar doa, ialah jelmaan kau dan aku yang telah di makan waktu.

kupu – kupu berterbangan, nyala kunang – kunang meredup perlahan. segelas kopi hangat terasa seperti kerinduan. aku kembali menatap hujan di halaman rumahmu. tapi kapal kertasku sudah hanyut dan tenggelam. kita menuai ingatan ingatan, yang berlepasan, semacam rasa bahagia yang diputar kembali, dalam benak yang menyimpan senyuman sayang, kasih yang di pahami bukanlah cinta. berapa harga jimat yang bisa di beli untuk menghalang rindu ? aku sungguh ingin tahu. kau tak pernah berhenti membuatku rindu. seperti jus nanas bagai onde onde panas. matamu adalah langit, air mataku adalah hujannya. dan pelukan terakhir kita, tak serumit kitab suci, yang harus di tafsir agar mudah di mengerti. diantara mata yang terpejam dan sepi yang benderang, wajahmu bermekaran. andai saja kasihku seperti kasihmu maka lukaku akan seperih luka yang lain. helai rambutmu terpisah dari mimpi. aku menjauhi malam. bagaimana mungkin melukai. membuka pagar di depan rumah, aku termangu “engkau sudah pulang?” kau bertanya, pintu, jendela, atap, kaktus kecilmu ku letakan dimana ? kesedihan bercahaya di pipimu. seperti jalan protokol pukul 10 pagi. kau berkejaran hingga bingar di kepala ku. aku penyair yang tersesat pada sajakku sendiri, keindahanmu, tak usai ku terjemahkan dengan kata – kata. penyair telah lahir dari keajaiban kata – kata dan akan mengantarmu ke sebuah surga, yang tercipta dari sajak – sajaknya. di ujung jalan berdebu, kerikil menguap. kau, bayang bayang tak tahu arah pulang ” aku ingin menjadi yang sebenarnya …” katamu, menatapku tajam. tiba – tiba separuh kesedihanku hilang, dan separuh kebahagiaan tak juga kutemukan. kau air yang memeluk aku sebagai hujan, rindumu, tolong abaikan. sisakan sedikit ruang untuk duka, yang kelak berkembang biak menjadi bahagia. kau, serupa debu yang dihempas angin, selalu terbang diantara angan angan, diantara kenangan – kenangan. masih tersisa gerimis, di awal kemarau melepas musim dengan basah kecupan hujan. seperti sesuatu yang ku campur dalam cangkirmu, yang kau telan tetapi tak kau rasakan, begitulah kasih sayangku padamu. seperti adam yang menerka dan memberi nama sesuatu yang belum di ajarkan, aku beri tanda : kasih sayang, seperti lilin di kue ulang tahunmu, aku yang kau nyalakan dan kau tiup berulang kali. sebab jarak itu tercipta oleh sesuatu yang tak bernama di kedalaman hati kita. engkau, senja yang berpijar di dedaunan, dan aku ilalang yang menunggumu terjatuh. seperti anak kecil mendamba pelukan dengan tubuh penuh api, kekasih aku masih berusaha berlari mendahului kaki- kaki waktu, untuk mencapai surga di hatiku. jauh di kedalaman dadaku engkaulah bunga cahaya, tempat bermula jantung kehidupan.
Semoga kau bahagia disana, nak……

Tidak ada komentar:

Google